Kegiatan Latihan Dakwah Kepemimpinan Islam (LDKI) SMAN 4 Luwu Utara dibuka hari ini, Jumat, 8 November 2024. Adapun tema yg diangkat pada kali ini adalah “Membangun Kepemimpinan Berkualitas Dalam Dakwah Sekolah di Era Digitalisasi”
Hari itu, aula SMAN 4 Luwu Utara penuh semangat. Latihan Dasar Kepemimpinan Islam (LDKI) digelar dengan tema yang super kekinian: dakwah digital. Kita diajak memahami gimana caranya menyampaikan pesan Islam lewat media sosial. Nggak sekadar posting ayat atau hadits, tapi juga bikin konten yang relevan dan kreatif. Dari bikin video pendek inspiratif sampai tulisan ringan yang menggugah hati, semua dibahas dengan seru. Para peserta juga belajar tentang etika bermedia sosial, biar dakwah kita tetap santun dan membawa kebaikan. Rasanya, setelah LDKI ini, jadi makin siap jadi pemimpin yang nggak cuma cerdas, tapi juga bijak di dunia maya.
Pembicara utama, seorang ustaz muda yang juga influencer di media sosial, membuka dengan kalimat yang langsung bikin peserta meresapi pentingnya tema ini. “Dakwah itu bukan cuma di mimbar, bukan cuma di masjid, tapi bisa juga di genggaman kalian,” katanya sambil menunjukkan ponselnya. Semua peserta mengangguk, beberapa bahkan langsung mencatat poin-poin penting di ponsel mereka.
Sesi pertama membahas tentang apa itu dakwah digital. Ternyata, dakwah digital bukan hanya soal memposting ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits di Instagram atau WhatsApp. Lebih dari itu, dakwah digital adalah cara kita menyampaikan nilai-nilai Islam dengan pendekatan yang modern dan relevan. Media sosial adalah alat yang sangat powerful. Setiap postingan kita, baik itu video, gambar, atau tulisan, bisa membawa pesan positif dan inspiratif kepada ribuan bahkan jutaan orang. Tapi, kuncinya adalah bagaimana caranya membuat konten yang menarik, tidak membosankan, dan tetap sesuai dengan ajaran Islam.
Selanjutnya, pembicara membahas tentang jenis-jenis konten yang bisa dibuat untuk dakwah digital. Ada video pendek yang bisa diunggah di TikTok atau Reels Instagram, meme islami yang lucu tapi mendidik, hingga tulisan ringan yang menginspirasi. Pembicara bahkan memberi contoh video dakwah satu menit yang sederhana tapi impactful. Dalam video itu, ia menjelaskan satu ayat Al-Qur’an sambil menunjukkan pemandangan indah. Pesan dari video tersebut sederhana, tapi mampu menyentuh hati. Para peserta langsung tertarik mencoba membuat konten serupa.
Sesi berikutnya membahas tentang tantangan dalam berdakwah di dunia maya. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga etika dan kesantunan. Media sosial sering kali jadi tempat perdebatan yang tidak produktif, bahkan penuh ujaran kebencian. Nah, di sinilah pentingnya menjadi seorang dai digital yang bijak. Pesan Islam yang kita sampaikan harus menyejukkan, bukan malah memicu konflik. “Jangan sampai kita ingin berdakwah, tapi malah membuat orang menjauh dari Islam,” kata pembicara.
Di sela-sela sesi, peserta diberi kesempatan untuk praktik langsung. Mereka diminta membuat konten dakwah sederhana menggunakan ponsel masing-masing. Ada yang membuat video pendek, ada juga yang menulis quotes inspiratif. Salah satu kelompok bahkan membuat meme lucu tentang pentingnya salat tepat waktu. Hasil karya mereka kemudian ditampilkan di depan semua peserta, dan responnya luar biasa. Tawa dan tepuk tangan memenuhi ruangan, tapi di balik itu ada pelajaran berharga tentang bagaimana dakwah bisa disampaikan dengan cara yang kreatif.
Menariknya, LDKI ini juga mengajarkan cara memanfaatkan algoritma media sosial untuk dakwah. Misalnya, bagaimana menggunakan hashtag yang tepat agar postingan lebih mudah ditemukan, atau memilih waktu terbaik untuk mengunggah konten. Hal-hal ini mungkin terdengar teknis, tapi sangat penting jika ingin dakwah digital kita menjangkau lebih banyak orang.
Selain itu, peserta juga diajak berdiskusi tentang bagaimana menghadapi komentar negatif atau hate speech di media sosial. “Jangan dilawan dengan emosi,” pesan pembicara. “Balaslah dengan kata-kata yang baik, atau jika perlu, abaikan saja.” Sikap sabar dan bijak dalam menghadapi kritik adalah bagian dari akhlak mulia yang harus dimiliki seorang dai.
Salah satu momen paling menarik adalah ketika pembicara membahas peran generasi muda dalam dakwah digital. “Kalian adalah generasi yang paling dekat dengan teknologi. Gunakan itu untuk menyebarkan kebaikan,” ujarnya. Ia juga memberi contoh anak muda yang sukses berdakwah di media sosial, seperti mereka yang membuat podcast islami, vlog inspiratif, atau bahkan game edukasi berbasis Islam.
Menjelang akhir acara, suasana semakin hangat. Para peserta berbagi pengalaman tentang bagaimana media sosial memengaruhi hidup mereka, baik secara positif maupun negatif. Beberapa mengaku pernah merasa kecanduan media sosial, tapi setelah sesi ini, mereka jadi lebih paham bagaimana menggunakannya untuk hal yang bermanfaat. Salah seorang peserta bahkan berkata, “Saya jadi sadar, ternyata dakwah itu bisa dilakukan di mana saja, termasuk di dunia maya. Saya ingin mulai dari sekarang.”
LDKI kali ini bukan hanya tentang teori, tapi juga tentang praktik langsung dan pemahaman mendalam. Para peserta pulang dengan bekal ilmu baru dan semangat untuk menjadi dai digital. Mereka tidak hanya belajar bagaimana berdakwah, tetapi juga bagaimana menjadi pengguna media sosial yang cerdas, bijak, dan membawa manfaat.
Dunia maya kini bukan lagi sekadar tempat hiburan, tapi juga ladang dakwah yang luas. Dengan bekal yang mereka dapatkan dari LDKI, siswa-siswa SMAN 4 Luwu Utara siap menjadi generasi pemimpin yang menginspirasi, menyebarkan kebaikan, dan membawa perubahan positif di dunia digital. Karena pada akhirnya, dakwah bukan hanya tentang kata-kata, tapi tentang bagaimana kita bisa menyentuh hati orang lain, di mana pun mereka berada.