Kegiatan Penilaian Sumatif Kelas X & XI SMAN 4 Luwu Utara yang juga dilaksanakan bersamaan dengan Penilaian Akhir Semester kelas XII dilaksanakan lebih cepat dari agenda pada Kalender Pendidikan. Seharusnya sumatif dilaksanakan pada awal Desember, namun tahun ini diadakan pada 18 s.d 23 November 2024.
Hal ini karena akan dilaksanakannya Porseni PGRI VIII Kab. Luwu Utara Tahun 2024, yang dipusatkan di Bone-Bone. Pemilihan Bone-Bone sebagai tuan rumah tentu juga memberikan kesibukan tersendiri bagi SMAN 4 Luwu Utara yang menjadi venue beberapa cabang pertandingan.
Adapun pelaksanaan ujian secara online berbasis android.
Ujian Digital dengan Android: Masa Depan yang Sudah di Depan Mata
Pernah nggak kalian merasa kesal saat menghadapi ujian? Rasanya ribet banget, mulai dari mempersiapkan alat tulis, memastikan kertas ujian tidak robek, hingga merasa deg-degan karena takut lembar jawaban kita kotor atau salah isi. Tapi sekarang, di era digital ini, teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, termasuk cara kita ujian. Salah satunya adalah penggunaan android sebagai media ujian. Di SMAN 4 Luwu Utara, metode ini mulai diterapkan, dan ternyata banyak banget kelebihannya dibandingkan ujian pakai kertas.
Bayangin aja, waktu ujian pakai kertas, kita harus membawa alat tulis lengkap, seringkali lebih dari satu untuk jaga-jaga kalau pensil patah atau bolpoin kehabisan tinta. Belum lagi urusan penghapus dan penggaris, semuanya harus tersedia. Kalau lupa bawa? Panik pasti! Dengan ujian berbasis android, semua itu nggak perlu lagi jadi beban. Cukup pastikan perangkatmu sudah terisi penuh baterainya dan terkoneksi dengan jaringan yang stabil, kamu siap menghadapi ujian. Praktis, kan?
Selain itu, ujian berbasis android ini juga ramah lingkungan. Coba bayangkan berapa banyak kertas yang dipakai setiap kali ada ujian, mulai dari soal hingga lembar jawaban. Semua itu diambil dari pohon-pohon yang ditebang. Kalau ujian kita dialihkan ke perangkat digital, artinya kita juga ikut membantu mengurangi penggunaan kertas dan mendukung upaya pelestarian lingkungan. Jadi, selain belajar, kita juga turut menjaga bumi.
Ngomong-ngomong soal kecepatan, ujian berbasis android jelas juaranya. Kalau pakai kertas, setelah ujian selesai, guru harus mengumpulkan lembar jawaban, memeriksa satu per satu, dan memberikan nilai. Itu butuh waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Tapi kalau pakai android, sistem langsung mengoreksi jawaban kita. Begitu selesai mengerjakan, hasilnya bisa langsung keluar. Kita jadi nggak perlu penasaran lama-lama soal nilai ujian kita. Ini pastinya bikin guru juga lebih santai karena nggak perlu lembur memeriksa tumpukan kertas.
Terus, gimana dengan keakuratan? Ujian berbasis android biasanya menggunakan sistem yang dirancang khusus, sehingga kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Misalnya, jawaban yang kita pilih langsung tercatat di sistem, jadi nggak ada cerita lembar jawaban rusak atau salah baca. Selain itu, soal-soal bisa diacak secara otomatis, jadi setiap siswa mendapat urutan soal yang berbeda. Ini bikin ujian lebih adil dan mengurangi risiko kecurangan.
Ada lagi yang seru, loh. Dengan android, soal-soal ujian bisa dibuat lebih interaktif. Misalnya, soal matematika dengan animasi pergerakan grafik, atau soal biologi yang menampilkan video pendek tentang proses fotosintesis. Hal ini tentu lebih menarik daripada soal cetak biasa yang hanya berupa teks dan gambar statis. Kita jadi bisa memahami soal dengan lebih baik dan merasa ujian nggak membosankan.
Nah, satu hal lagi yang sering bikin siswa senang adalah kemudahan akses. Misalnya, kalau kita harus mengerjakan ujian dalam kondisi darurat, seperti saat ada bencana atau pandemi, ujian berbasis android memungkinkan kita mengerjakan soal dari rumah. Tentu saja ini memerlukan pengawasan ekstra agar tetap jujur, tapi setidaknya kita nggak kehilangan momen belajar hanya karena situasi yang tidak terduga.
Tentu saja, nggak semua berjalan mulus. Masih ada tantangan yang perlu dihadapi, seperti memastikan semua siswa memiliki perangkat yang memadai. Jaringan internet yang stabil juga jadi hal penting. Tapi, hal-hal ini perlahan bisa diatasi dengan kerja sama sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Di SMAN 4 Luwu Utara, misalnya, sekolah menyediakan perangkat cadangan bagi siswa yang membutuhkannya.
Dari pengalaman siswa yang sudah mencoba ujian berbasis android, kebanyakan bilang mereka lebih fokus dan merasa lebih percaya diri. Kenapa? Karena nggak ada distraksi dari lembaran kertas yang berantakan atau khawatir soal salah isi. Semua terasa lebih terorganisir. Meski begitu, tentu saja, persiapan tetap jadi kunci. Kalau nggak belajar, mau ujian pakai android atau kertas, hasilnya tetap sama aja.
Pada akhirnya, ujian berbasis android adalah salah satu bentuk adaptasi kita terhadap perkembangan teknologi. Dunia semakin canggih, dan kita harus siap menghadapi tantangan zaman dengan cara-cara yang lebih modern. Bagi siswa SMA seperti kita, ini adalah kesempatan buat belajar lebih dari sekadar pelajaran sekolah. Kita juga diajak untuk mengenal teknologi, memanfaatkan inovasi, dan menjadi generasi yang siap bersaing di era digital.
Jadi, kapan lagi kita bisa menikmati ujian tanpa ribet sambil ikut menjaga lingkungan? Ujian berbasis android bukan cuma soal teknologi, tapi juga tentang bagaimana kita belajar lebih efektif dan efisien. Mari kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya!